Saturday, December 26, 2009
Mbah Anom dan Perkembangan Thoreqat di Indonesia
Dua pengikut aliran sufi terbesar di dunia, yaitu Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah, kedua-duanya terdapat di Indonesia. Tidak diketahui secara pasti bagaimana paham Qadiriyyah datang ke Indonesia. Syed Naguib al-Attas memberitahukan bahwa Hamza Fansuri (Sumatera Utara) adalah pengikut Thariqat Qadiriyyah, sebagai seorang yang bereputasi, dia berhasil mengumpulkan pengikutnya. Belakangan diketahui, bahwa rujukan pengikut Qadiriyyah adalah Syaikh Abd al-Qâdir al-Jaylânî, sebagaimana ditemukan dalam puisi Fansuri, yang berdomisili di Aceh pada pertengahan abad 16. Sebagai tambahan, bahwa dalam prosa Fansuri tertulis Syaikh Sufi terkenal seperti Abû Yazid al-Bustamî, Junayd al-Baghdâdi, Manshûr al-Hallaj, Jalaluddin Rumi, Ibn Arabi, Jami, Attar, dan beberepa syaikh lainnya.
Diungkapkan bahwa orang pertama yang memperkenalkan Qadiriyyah adalah Syikh Yusuf Makassar (1626-1699). Guru Qadiriyyahnya, Muhammad Jailani ibn Hasan ibn Muhammad al-Hamid, seorang imigran dari Gujarat bersama pamannya Nur al-Dîn al-Raniri. Di Yaman, Syaikh Yusuf belajar ajaran Naqshabandiyyah dari Syaik terkenal dari Arab, Muhammad Abd al-Baqi. Sufi lainnya dari Aceh, Abd al-Rauf al-Sinkili, yang belajar di Madinah pada pertengahan abad 17 di bawah bimbingan Syaikh Ahmad al-Qushashi dan Ibrahim al-Qurani, dimana mereka merupakan Guru Paham Qadariyyah.
Lombard menginformasikan kepada kita, bahwa asal muasal Thariqat Naqsabandiyyah di Indonesia, ditunjukkan dengan pernyataan L.W.C van den Berg, bahwa Dia datang dan aktivitas Thariqat Naqsabandiyyah telah ada di Aceh dan Bogor, dimana dia menyaksikan dzikir Naqsabandiyyah sebagai aktivitas utama. Kemudian Dia menggambarkan kedatangan Thariqat Naqsabandiyyah di wilayah Medan, tepatnya di Langkat.
Penulis berikutnya menggambarkan bahwa Syaikh Abd al-Wahhab Rokan al-Khalidi al-Naqshabandi memperkenalkan Naqsabandiyyah ke Riau. Setelah menghabiskan waktu selama 2 tahun di Malaysia dalam rangka berdagang, beliau pergi ke Makkah dan belajar di bawah bimbingan Syaik Sulaiman al-Zuhdi. Pada tahun 1845, beliau mendapatkan sertifikat dan kembali ke Riau kemudian mendirikan perkampungan Thariqat Naqsabandiyyah dengan nama Bab al-Salâm .
Pada abad ke-19, Thariqat Naqshabandiyyah mempunyai cabang di Makkah, dimana menurut Trimingham, salah satu Syaikh Naqshabandiyyah dari Minangkabau (Sumatera Barat) juga aktif pada tahun 1845. Dari Makkah, Thariqat Naqshabandiyyah tersebar luas ke berbagai negara termasuk ke Indonesia, melalui jamaah haji setiap tahun. Kedua Thariqat tersebut muncul pada abad ke-7 dan 8 Hijriyyah (abad ke-12/13 Masehi). .
Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia. Dan yang sangat penting adalah membantu dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang lokal (Indonesia) tetapi para pengikut kedua Thariqat ini ikut berjuang dengan gigih terhadap imperialisme Belanda dan terus berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.
Survey tentang sejarah Thariqat Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan masyarakat Indonesia. Thariqat ini merupakan salah satu keunikan masyarakat muslim Indonesia, bukan karena alasan yang dijelaskan di atas, tetapi praktek-praktek Thariqat ini menghiasi kepercayaan dan budaya masyarakat Indonesia. Selanjutnya, Syikh Sambas tidak mengajarkan kedua Thariqat ini secara terpisah, tetapi dalam satu kemasan (penggabungan kedua Thariqat).
Sejarah Singkat Syaikh Sambas
Khatib Sambas dilahirkan di Sambas, Kalimantan Barat, Beliau memutuskan untuk pergi menetap di Makkah pada permulaan abad ke-19, sampai beliau wafat pada tahun 1875. Diantara guru beliau adalah; Syaikh Daud ibn Abdullah al-Fatani, seorang syekh terkenal yang berdomisili di Makkah, Syaikh Muhammad Arshad al-Banjari, dan Syekh Abd al-Samad al-Palimbani. Menurut Naquib al-Attas, Khatib Sambas adalah Syaikh Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah. Hurgronje menyebutkan bahwa Beliau adalah salah satu guru dari Syaikh Nawawi al-Bantani, yang mahir dalam berbagai disiplin ilmu Islam.
Zamakhsari Dhafir menyatakan bahwa peranan penting Syaikh Sambas adalah melahirkan syaikh-syaikh Jawa ternama dan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dan Malaysia pada pertengahan abad ke-19.
Kunci kesuksesan Syaikh Sambas ini adalah bahwa beliau bekerja sebagai fath al-Arifin, dengan mempraktekkan ajaran sufi di Malaysia yaitu dengan bay'a, zikir, muraqabah, silsilah, yang dikemas dalam Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah.
Gambaran Disiplin Ilmu Syaikh Sambas
Masyarakat Jawa dan Madura, mengetahui disiplin ilmu Syaikh Sambas melalui ajaran-ajarannya setelah beliau kembali dari Makkah. Dikatakan bahwa Syaikh Sambas merupakan Ulama yang sangat berpengaruh, dan juga banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka dalam bidang fiqh dan tafsir, diantaranya Syaikh Abd al-Karim Banten. Abd al-Karim terkenal sebagai Sulthan al-Syaikh, beliau menentang keras imperialisme Belanda pada tahun 1888 dan kemudian meninggalkan Banten menuju Makkah untuk menggantikan Syaikh Sambas.
Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah, mereka menyatakan bahwa sebagian besar Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut Sufi. Hal terpenting yang perlu ditekankan adalah bahwa Syaikh Sambas adalah sebagai seorang Ulama, dimana tuduhan penulis Eopa tersebut tidak tepat ditujukan kepada beliau. Syaikh Sambas dalam mengajarkan disiplin ilmu Islam bekerja sama dengan syaikh-syaikh besar lainnya yang bukan pengikut thariqat seperti Syaikh Tolhah dari Cirebon, dan Syaikh Ahmad Hasbullah ibn Muhammad dari Madura, dimana mereka berdua pernah menetap di Makkah.
Thariqat Qadiriyyah wa Naqsabhandiyyah menarik perhatian sebagian masyarakat muslim Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan pada akhir abad ke-19 Thariqat ini menjadi sangat terkenal. Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah tersebar luas melalui Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalaam.
Periode Setelah Syaikh Sambas
Pada tahun 1970, ada 4 tempat penting sebagai pusat Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah di pulau Jawa yaitu: Rejoso (Jombang) di bawah bimbingan Syaikh Romli Tamim, Mranggen (Semarang) di bawah bimbingan Syaikh Muslih, Suryalaya (Tasikmalaya) di bawah bimbingan Syaikh Ahmad Sahih al-Wafa Tajul Arifin (Mbah Anom), dan Pagentongan (Bogor) di bawah bimbingan Syaikh Thohir Falak. Rejoso mewakili garis aliran Ahmad Hasbullah, Suryalaya mewakili garis aliran Syaikh Tolhah dan yang lainnya mewakili garis aliran Syaikh Abd al-Karim Banten dan penggantinya.
Pada prakteknya, ajaran Thariqat disampaikan melalui ceramah umum di masjid atau majelis ta'lim di rumah salah satu anggota Thariqat. Sehingga tidak mengagetkan jika selama masa ceramah umum, tidak ada materi yang terekam dengan cermat. Bagaimanapun juga, di bawah bimbingan Mbah Anom, mempunyai kontribusi yang besar, dimana ajaran thariqat dibukukan dalam sebuah kitab berjudul Miftah ash-Shudur. Tujuan dari kitab ini adalah untuk mengajarkan teori dan praktek Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah sebagai usaha mencapai kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Hasil usahanya yang lain terkemas dalam kitab Uqud al-Juman, al-Akhlaq al-Karimah, dan buku Ibadah sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Kenakalan Remaja.
Peranan Thariqat dalam Reformasi Sosial
Maulana Syaikh Muhammad Nazim Adil telah menjelaskan bahwa setelah terorisme, permasalahan terbesar umat manusia kedua adalah penyalahgunaan narkotika oleh generasi muda (The Muslim Magezine, Spring 1999). Permasalahan sosial ini bukan hanya dialami oleh bangsa Barat, tetapi juga menimpa kalangan generasi muda seluruh dunia. Walaupun jumlah korban narkoba di negara-negara Asia tidak sebesar di Barat, tetapi permasalahan ini menarik perhatian yang sangat serius bagi Mbah Anom untuk mendirikan Pondok Inabah, pusat rehabilitasi korban narkoba dengan dzikir sebagai obatnya. Metodologi Mbah Anom didasarkan pada hasil pengalaman spiritual beliau sebagai seorang sufi dan kepercayaannya bahwa dzikrullah mengandung pencahayaan/penerangan, karakter khusus dan rahasia yang dapat mengobati muslim yang mempercayainya. Hal ini didasarkan pada firman Allah: "Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingatmu". Jasa dan keuntungan dari dzikir di Pondok Pesantren Suryalaya dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat yang telah pergi berobat ke sana.
Penelitian terhadap metodologi Mbah Anom pernah dilakukan oleh DR. Emo Kastomo pada tahun 1989. Dia melakukan evaluasi secara random terhadap 5.929 orang pasien di 10 Pondok Inabah. Dan hasilnya, 5.426 orang sembuh, 212 orang dalam proses menuju sembuh, dan 7 orang pasien meninggal dunia.
Peranan Thariqat dalam Politik
Ada tiga keikutsertaan pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah dalam usaha mancapai Indonesia merdeka, yaitu:
Pertama, keikutsertaan para syaikh dan haji di Banten pada revolusi Juli 1888. Dilaporkan bahwa Syaikh Abd al-Karim Banten tidak tertarik dengan akivitas politik, namun penggantinya Haji Marzuki lebih berpikiran reformis dan sangat anti Belanda. Walaupun Thariqat tidak memimpin dalam revolusi, tetapi Belanda khawatir dengan pengaruhnya, dan sebagian besar diantara mereka meyakini bahwa secara umum pengikut sufi khususnya Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah merupakan organisasi yang mempunyai tujuan untuk mengalahkan kekuatan kolonial.
Kedua, perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah Syaikh Guru Bangkol. Belanda mempertimbangkan bahwa Thariqat merupakan faktor terpenting timbulnya pemberontakan-pemberontakan. Walaupun penasehat Pemerintah Belanda Snouck Hurgrounje memberikan masukan bahwa terlalu berlebihan untuk menilai Thariqat sebagai usaha politik untuk melawan Belanda, pendapatnya tersebut tidak dindahkan sampai muncul Syarikat Islam, sebuah organisasi politik yang berdiri pada tahun 1911.
Ketiga, sekarang di Jawa ada tiga cabang terbesar Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yaitu Rejoso, Mranggen, dan Suryalaya, masing-masing memberikan dukungan terhadap partai-partai politik, dimana beberapa diantara mereka terlibat aktif dalam partai politik.
Gambaran Thariqat di Indonesia Sekarang
Pada tahun 1957, Jam'iyyah Ahl Thariqah Mu'tabarah didirikan oleh Nahdlatul Ulama, yang pada saat itu juga berbentuk partai. Tujuannya adalah untuk menyatukan semua kekuatan Thariqat dan memelihara silsila yang dimulai dari Nabi Muhammad Saw.. Jam'iyyah ini memelihara dan mengajarkan ajaran tasawuf dari 45 kekuatan Thariqat yang pernah ada pada tahun 1975. Syaikh Mustain Romly dari Rejoso diangkat sebagai pimpinan Jam'iyyah ini. Pada tahun 1979, ketika Syaikh Mustain Romli merubah afiliansinya dari Partai Persatuan Pembangunan ke GOLKAR, para Ulama mendirikan Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al-Nahdliyyah, Pimpinan Jam'iyyah ini adalah Syaikh Haji DR. Idham Kholid, dimana pada saat itu pernah menyambut kedatangan Syaikh Muhammad Hisham Kabbani pada bulan Desember 1977.
cybermq.com
Wednesday, December 16, 2009
Darrul Thulab Education

s an institution that was formed by volunteers by a youth who has a sincere intention "Ust Nadih" to prepare the young generation and berpontensaial religious, because a strong intention to help the Indonesian government's program to reduce poverty rate in this country, by opening a company The Expedition named arsala express, in the hope that if this company can accommodate children forward-students (do not mean CCN) are generally of children less fortunate and dropped out of school, although none of them are capable of some, but not in collection costs for education is free.
At this time not money we need, but to become a world Pather your company in terms of distribution packages and documents, can help the children of our students to be independent of disease unemployment in the future.
Hopefully these good intentions have the support of the people who Seide and in line with our intention. And hopefully we included the servants of God who is always at the heart of the washing bestowed, besih far from the properties of all suspicion. Amin Ya Robbal Alamin
Kisah Nabi Adam as. Oleh : Putri Irani Fatmawati

Nabi Adam sebagai manusia dan Nabi pertama, setelah Allah SWT. Menciptakan para malaikat, iblis dan Alam semesta termasuk Bumi ini, lalu Allah SWT ingin menciptakan penghuni bumi ini yaitu manusia. Manusia yang pertama di ciptakan Allah SWT adala Adam.
Suatu ketika Allah SWT memberitahu para Malaikat Bahwa Allah SWT akan menciptakan manusia pertama, Juga akan Aku angkat sebagai wakil ( Kholifah ) dimuka bumi.
Mendengar hal itu para malaikat terkejut dan merasa heran “ Mengapa manusia di jadikan sebagai Kholifah di muka bumi ? kenapa bukan kami Ya Allah ? tegas malaikat padahal manusia suka berbuat kerusakan di muka Bumi serta gemar mengadakan pertumpahan darah?!!! Lanjut malaikat bertanya kepada Allah SWT.”Allah SWT mengatakan kepada para malaikat para malaikat, bahwa Allah SWT lebih tahu tentang hal itu daripada kalian(malaikat). Akhirnya para malaikat memahami apa yang di kehendaki Allah SWT Mengapa Ia menciptakan kholifah di muka bumi.
Nabi Adam as di ciptakan oleh Allah SWT dari tanah dan setelah menjadi bentuk manusia Allah tiupkan ruh kedalam jasadnya dan Allah mengajarkan kepada Adam as Nama-nama seluruh makhluk Allah SWT.
Allah sangat memuliakan nabi Adam as dan anak cucu keturunannya dengan di anugerahi akal yang cerdas.
Nabi Adam as hidup berbahagia di surga bersama istrinya Hawa. Allah memberi kebebasan kepada nabi Adam as. dan Hawa untuk hidup bersenang-senang di Surga. Namun Allah SWT memberikan Batasan, agar Adam dan Hawa tidak mendekati pohon larangan yang di sebut dengan buah Khuldi.
Datanglah iblis membujuk Adam untuk melanggar larangan Allah SWT, namun karena berkali-kali di bujuk iblis dengan berbagai cara akhirnya ia mendekati pohon laranga Allah SWT. Alllah SWT berfirman :
“ Tidakkah aku telah melarang kalian memakan buah dari pohon itu dan memberitahu kalian bahwa Syetan adalah musuh yang nyata bagi kalian.”
Adam dan Hawa menyesal atas dosa besar yang mereka lakukan, lalu berdoa memohon ampun, “ Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami dengan durharka kepada Mu dan menyalahi perintahMU. Maka Ampunilah kami dan kasihanilah kami, sebab jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami, niscaya kami menjadi orang- orang yang merugi “( QS. Al-A’raf: 22-23 0
Atas penyesalan dan kesungguhan Adam taubat Adam dan Hawa Allah SWT mengampuni dosa-dosanya akan tetapi Allah SWT mengeluarkan mereka dari surga dan menempatkan mereka di Bumi sebagai kholifah.
Nabi Adam as mendapat tugas dari Allah SWT untuk memakmurkan Bumi bagi anak keturunanya hingga saat ini.
Tuesday, December 15, 2009
Cerita Nabi Musa As. Oleh : Ahmad Sumantri

Nabi Musa Alaihi salam adalah putra Imran, keturunan Bani Israil. Beliau dilahirkan di mesir pada Zaman raja Fir’aun berkuasa.Pada waktu itu firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki dari bani Israil dibunuh. Tetapi Allah S WT. maha kuasa, sehingga Nabi Musa As. Selamat dari kekejaman Raja fir’aun yang Zalim itu.
Ibu Nabi Musa as sangat ketakutan karena melahirkan bayi laki-laki. Maka bayi itu diselamatkan dengan di hanyutkan di sungai Nil. Namun atas izin Allag SWT bayi itu ditemukan oleh istri Fir’aun Yang bernama Asiyah kemudian bayi itu di pelihara dan menjadi anak angkatnya serta tinnggal di istana raja Fir’aun.
Setelah dewasa Nabi Musa diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT dan di utus kepada Bani Israil. Beliau mengajak Fir’aun dan kaumnya agar beriman kepada Allah SWT. Karena Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan, Menyadari bahwa Nabi Musa adalah orang yang menentang dan membahayakan kekuasaannya. Maka diperintahkan agar Nabi Musa as di Tangkap. Namun dalam pengejarannya, Fir’aun dan tentaranya mati tenggelam di laut merah.
Kemudian Nabi Musa as Menyebarkan ajaran Allah SWT kepada Kaum bani Israil di Bantu oleh saudaranya yaitu Nabi Harun as. Dan seperti biasanya dalam hal kebaikan ada yang tetap beriman dan ada juga yang murtad seperti yang dilakukan Samiri dan kawan-kawannya yang sudah beriman, mereka kembali durhaka yaitu dengan menyembah seekor sapi Namu Nabi Musa as tetap tabah dan sabar, beliau terus mendawahkan ajaran kebenaran dari Allah SWT.